Terawang: Bung Karno
"BUNG KARNO"
Tutur Guntur Soekarno
Saro'i (kanan) sopir istana yang mengajari
Guntur menyetir mobil.
Dari semua buku perihal mantan Presiden
Soekarno (Blitar 6 Juni 1901 - Jakarta 21
Juni 1970), mungkin buku Guntur
Soekarno ini paling unik dan menarik.
Buku kecil Bung Karno Bapakku-
Kawanku-Guruku, tulisan putera
sulungnya, meski bertutur ringan,
anekdotik dan berbahasa populer, buku
ini ternyata mampu menguak lebih jauh
sisi kehidupan Bung Karno sebagai manusia, lelaki, pemimpin dan kepala
keluarga. Juga Soekarno sebagai orang biasa dengan kehidupan yang
biasa-biasa, namun "luar biasa", seperti ulasan ini.
Dis, gimana kabarnya Istana? ... Ada hindul-hindul yang nyeludup masuk
nggak?
+ Kayakya sih nggak; pada ngeri kali ... gara-gara Mas labrak si Deweh
(Deweh maksudnya Dewi) ... Eh, Gun tapinya ya, aku sekarang ini di Istana
agak curiga sama satu orang deh ... Aku takut, jangan-jangan Bapak naksir
nantinya kan hindul-hindul markindul bisa jadi nambah ...
Ngomong-ngomong cakepnya seberapa sih Dis? Cakep mana sama Dewi?
Kutipan kalimat di atas, merupakan salah satu tulisan Guntur berjudul "Bung
Karno Kontra C.I.A". Dalam buku berukuran 11 x 18 cm2 setebal 256 halaman,
berisi sekitar 25 judul kecil serta puluhan foto eksklusif. Guntur menulis dengan
gaya "aku" bertutur, serta beberan kalimat langsung, serta anotasi, misalnya
"Waktu: 1962-1964, Tempat: Istana Merdeka, Yang Hadir: Bung Karno,
Megawati, ajudan, aku."
Nilai utama buku eksklusif terbitan PT. Delta - Rohita ini, terbaca dalam tuturan
Guntur perihal hubungan intim antarwarga keluarga Bung Karno. Siapa yang
tahu kalau Megawati Soekarnoputri, ternyata bernama panggilan Gadis atau
Adis. Ibu Fatmawati sebagai first lady dan ibu lima anak, masih sering berkatakata
dengan dialek bahasa Melayu Bengkulu. Guntur yang dipanggil "Gun"
sama Mega, atau bernama akrab Mas Tok, ternyata dipanggil "Jang" alias
Bujang oleh sang bunda. Uniknya, keluarga Soekarno ini ada kata sandi
khusus untuk "buang air besar", yakni "o-ok".
Kalau "hindul-hindul markindul", merupakan kata sandi untuk isteri muda
Soekarno, terutama gelar untuk Deweh alias Ratna Dewi yang hindul
markindul asal Jepangnya Bung Karno. Hampir tiap peristiwa, Guntur berupaya
mengenang kembali ingatannya, terutama masalah kutipan langsung
pembicaraan sang bapak. Sebagai pemimpin besar bangsa Indonesia, Bung
Karno terbaca amat piawai berkomunikasi dalam berbagai bahasa asing, juga
berbahasa daerah. Selain berbahasa Jawa, Soekarno senang memakai
bahasa Sunda untuk berbicara dan mendamprat staf rumah tangga istana.
Misalnya dalam tulisan "Saro'i The Great", ada kata-kata Bung Karno kepada
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (1 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
Jenderal "Beledek" bersama anak buah
sebelum "Serangan Umum".
Guntur jadi jagoan dan bapaknya jadi bandit.
Jalan-jalan dengan kakak CPM.
Saro'i - pengemudi keluarga Soekarno: "Nya! Geus dimaafkeun, umpama keur
ngajar Guntur nubruk taneman Bapak jeung tembok istana make mobil! (Ya,
sudah dimaafkan, misalnya waktu mengajar Guntur nabrak tanaman Bapak
dan tembok istana)".
Kentuti PBB
Bung Karno yang berhobi berat makan durian, tapi tak suka makan petai dan
jengkol, karena kalau "ki'ih" (kencing-red) akan berbau. Namun Ir Soekarno
suka lagu klasik Italia. Khususnya kalau beranjangsana ke Italia, Soekarno
selaku kepala negara RI tak segan ikut mementang suaranya melagukan "O
Sole Mio", bersama pelayan hotel. Sampai-sampai Guntur pun menjuluki
bapaknya The Great Caruso.
Sebagai putra sulung, Guntur rupanya paling banyak sering mendapat
kesempatan belajar langsung dari ayahnya. Apalagi selewatnya masa akil
baliknya Guntur, si anak pertama ini tak cuma diindoktrinasikan soal paham
negara RI yang anti berat sama neokolonialisme dan imperialisme, tapi juga
soal "isme-isme" lainnya, termasuk wanita cantik.
Misalnya sekali waktu, Bung Karno berdiskusi soal wanita cantik di obyek
lukisannya:
+ ... perhatikan sorot matanya ... belum lagi bentuk hidung dan bibirnya ... apa
pernah lihat bentuk yang secantik ini ... potongannya bagaimana? Ini ia punya
bentuk tubuh maksudku ... Ini figur puteri Solo asli! Pernah punya pacar orang
Solo? ... Kalau mau cari pacar orang Solo, figurnya harus seperti ini ... baru
namanya cantik ...
Memangnya dia siapa sih Pak?
+ Ho, ho rahasia! ... Pendek kata cantik tidak? ... boleh bandingkan dengan
pacar-pacarmu, kalau memang kau punya!
Si Mas Tok ini, menuturkan pula bagaimana dirinya tak jarang menjadi
sekretaris istimewa, atau pelayan perpustakaan kepresidenan. terutama di saat
Soekarno sedang mepersiapkan pidato kenegaraannya. Sang Bapak selalu
memamnggil Mas Tok, seraya menyebut nama penulis atau judul buku, hingga
Guntur harus pontang-panting menyiapkan buku referensi bagi bapak
tercintanya.
Meja makan merupakan arena paling akrab untuk keluarga besar Soekarno.
Seusai makan, keluarga presiden ini biadsanya melahap bebuahan segar dan
manis, terutama di musim rambutan dan durian. Untuk buah berduri ini, Guntur
mengisahkan betapa bapaknya pernah mengajarkan teori memilih durian.
+ Jadi Bapak ulangi! Satu! ... periksa tangkainya. Dua! ... lihat duri-durinya.
Tiga! ... cium baunya dari sebelah pantat. Kalau ketiga-tiganya baik itu
tandanya durennya jempolan! Nanti kau bisa buktikan setelah duren-durennya
ini Bapak pilih terlebih dahulu ...
Yaaa Pak! Kok durennya bosooookk! Duiiillaaahh! Gimana sih Bapak milihnya?
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (2 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
+ Ndak tahulah! Sekali ini Bapak meleset pilih duren! Uh ... ini duren mungkin
jenis baru ...
Emangnya jenis apa Pak?
+ Jenis duren ... kontra revolusi!
Tampak sekali, Presiden pertama RI yang di dunia internasional disegani,
karena sikap dan ucapannya yang keras soal kolonialisme dan imperialisme,
serta dinilai sebagai pemimpin besar yang gandrung akan persatuan dan
kesatuan, serta getol menanamkan sikap patriotisme dan nasionalisme bagi
rakyatnya.
Guntur sebagai "sparring partner" Bung Karno, tentu tak lepas dari persoalan
beginian. Meski di hadapan anaknya, Soekarno memiliki cara dan gaya diskusi
tersendiri. Tak jarang Bung Karno meledakkan emosinya, sambil
melampiaskan juga perasaannya yang tak mungkin diumbar di muka umum.
Sekali waktu (dalam judul "Penyelundup Senjata"), Bung Karno mengisahkan
kepada Guntur, soal peranan RI dalam membantu kemerdekaan Aljazair,
seusai acara makan duren.
+ Eh aku mau kasih tahu, kalau hari Sabtu jangan makan duren. Dus malam
Minggu; pasti pacarmu nggak mau kau cium, karena kau bau duren ... ngerti?!
Kok Bapak kelihatannya seneng bener? Ada apa sih?
Lalu Soekarno menuturkan peranan RI, sambil menyebut berita ini "top secret"
kelas A. Katanya, RI bukan cuma membneri dukungan diplomatik terhadap
Aljazair, malah pernah membantu dengan menyelundupkan senapan.
Kalau waktu itu misalnya ketahuan gimana Pak? Dunia kan geger!
+ Ya biar saja geger, aku ndak rewes (ndak rewes = ndak peduli) ... Aku tidak
feeerduliii! Buat Bapak kalau urusan membantu kemerdekaan satu bangsa,
hanya satu yang bisa melarang ... Tuhan! Lain tidak! Tahu kau! (Bapak melotot
kepadaku sambil memukul-mukul meja dengan tinjunya) ... Ayoooo ... mau
apa! PBB mau kutak-kutik? Mau tahu akan aku apakan PBB? Tahu
ndaaakk?! ... PBB Bapak akan beginikan ....
Tiba-tiba dari bawah meja terdengar suara ... duuuut ... duuut ... breeettt!
Hiih! ... Bapak kentut ya!
+ Ya! ... aku akan kentuti PBB kalau mereka berani turut campur urusan orang
merebut kemerdekaan!!
Granat Maut
Dalam tuturan Guntur, ada peristiwa besar yang dituturkan begitu hangat dan
penuh rasa kemanusiaan. Tahun 1957 ada peristiwa besar yangdisebut
Peristiwa Cikini 1957. Saat itu, Soekarno yang Presiden RI, nyaris terenggut
maut akibat ledakan granat. Guntur menuturkan tanpa menghujat oknum
pelempar granat. Si Mas Tok juga tidak berapi-api dan sensasional,
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (3 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
mengisahkan pengalaman buruknya. Bahkan tuturannya terasa intim.
Yayasan Perguruan Cikini tempat di mana aku bersekolah mengadakan
perayaan hari ulang tahunnya (lupa yang ke berapa) ... orangtua murid
diundang untuk menghadirinya, termasuk Bapakku ...
Pak, Bapak jadi datang ke bazaar di sekolahku nggak?
+ Yo ... Insya Allah. Apa acaranya di sana? ... Kau punya lukisan dipamerkan
ndak?
Waktu pergi ke bazaar, Bapak mengendarai mobil kepresidenan Chrysler
Crown Imperial; Indonesia 1; hadiah dari Raja Saudi Arabia: Ibnu Saud,
dengan iringan konvoi kepresidenan yang terdiri dari sepeda motor polisi lalu
lintas; jeep pengawal dari Corps Polisi Militer, jeep pengawal dari Detasemen
Kawal Pribadi Presiden dan mobil-mobil rombongan lainnya.
Bapak langsung melihat-lihat stand di bazaar ... Aku yang kurang tertarik pada
urusan pamer memamer ... langsung ngacir mencari stand-stand yang berisi
permainan ketangkasan ... Kak Ngatijo yaitu kakak pengawal yang bertugas
mengawalku saat itu, benar-benar kewalahan dalam mendapingiku ... Dari atas
aku melihat rombongan Bapak yang sedang bersiap-siap untuk pulang ...
Ketika aku sedang menghirup sebotol limun kudengar derum suara motor dari
pengawal ... tak lama kemudian tiba-tiba kudengar ledakan yang cukup
dahsyat ... Bledeeeerrrr!
Sekilas aku berfikir, akh ini tentunya suara knalpot motor dari kakak-kakak
polisi ... maklum waktu itumotor-motor yang digunakan adalah Harley Davidson
model "tuek"! Tetapi beberapa detik kemudian ... Bledeeerr! ... Bledeeerr!
Terdengar 3-4 kali ledakan lagi.
Kemudian suasana benar-benar jadi panik dan semrawut sungsang-sumbel ...
setelah aku dapat menguasai lagi rasa takutku dan emosi ... cepat-cepat aku
melompat masuk di antara sela-sela tumpukan peti botol limun di kolong
meja ...
Kak ... saya di sini!
+ Aduuuh! Kakak cari kemana-mana jebulnya di sini. Ayo Mas, cepat pulang!
Cepat pulang.
Bapak di mana Kak?
+ Belum tahu juga Mas! Tugas Kakak menyelamatkan Mas dulu ke rumah.
Aku "diseret" secepat kilat ... ke mobilku B-5353.
+ Ya Allah ...Hayo buruan masuk mobil, kita berangkat dah!
Eh Pak Ro'i nggak apa-apa?
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (4 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
+ Alhamdulilah Mas! Gatotkaca mah nggak mempan pelor! ... Mas lebih baik
tiduran saja di belakang ... tiarap saja dah; nggak usah lihat jalanan. Biar pak
Ro'i geber ini mobil, biar larinya kayak setaaann!
Sesampainya di Istana ... begitu turun dari mobil, aku cepat ngibrit ke kamar
Bapak ... ternyata Bapak tidak ada di situ ... jangan-jangan Bapak tewas kena
granat dan aku sekarang jadi anak yatim ...tiba-tiba dari kejauhan seseorang
berteriak "Saiinnn ... Saiinnn ... kadieu (ke mari)
Lho itu kan suara Bapak!
Secepat kilat aku kabur ke kamar Bapak ,,, di tengah jalan bertubrukan dengan
Pak Saiin ... bummm! Pak Saiin yang sudah reyot itu (umurnya 70 tahunan)
terkapar di lantai ...
Bapak nggak apa-apa?
+ Alhamdulillah. Tuhan masih melindungi Bapak ... Syukur, Adis gimana?
Apa Bapak kena?
+ Ini apa (sambil menuynjuk lukanya di lengan) ... Tapi bukan kena grabat!
Kena kawat duri! Ho ho ho ... Waktu mbrobos pager rumah di depan
sekolahmu, aku kecantol kawat durinya. Bapak disembunyikan oleh Kak Dijo
dan Oding ... mereka melindungi Bapak dengan badannya ... Oding ternyata
kena granat di pahanya ... Bapak kembali ke Istana dengan naik mobil lain,
karena ternyata Chrysler yang dari Pak Ibnu Saud kena granat dan mogok.
Bapak takut nggak?
+ Bapak pasrah terserah kehendak Tuhan ... kasihan mereka-mereka yang tak
berdosa ikut jadi korban ... sudahlah, hayo Tok, Bapak musti siap-siap untuk ...
pers conference ... Kapan-kapam kau tengok Kak Ngatijono, sampaikan terima
kasih dari Bapak.
Kencing Sembarangan
Beberapa pengalaman Guntur dari balik layar kepresidenan Soekarno, amatlah
menarik dan mengundang senyum. Bung Karno di saatnya jaya, selain
dianggap banyak pihak sebagai "super hero", juga disegani sebagai macan
podium. Dari beberapa judul kisah Guntur dalam buku saku ini, Soekarno
tergambar sebagai manusia penuh gairah, malah kadang-kadang juga berakal
nakal.
Suatu saat (Guntur menulis "persisnya lupa"), Bung Karno keasyikan
mengorek kuku kakinya, hingga ujung jarinya terkelupas dan berdarah.
Lukanya dianggap tak serius, dibiarkan saja tanpa pengobatan. Beberapa hari
kemudian, luka lecet itu terasa "senut-senut" infeksi. Makin lama makin
bengkak, akibatnya Bung Karno sulit berjalan normal. Langkahnya harus
berjingkat-jingkat.
Yang pasti pada saat itu tidak seorang pun berani tertawa, termasuk aku
sendiri!
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (5 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
Pak jalannya kenapa pincang?
+ Jempolnya bengkak ... Bapak ingin segera sembuh. kau tahu empat hari lagi,
aku harus terima surat kepercayaan duta besar asing!
Pada suatu sore ... Pak Adung menemui aku.
+ Mas, Pak Adung mau pinjam gunting, ada? Buat bikin lobang!
Mangga wae (silakan saja) ... buat apa sih Pak Adung?
+ Buat ngebolongin karet ... Bapak yang suruh.
Karet buat apa?
+ Eh ... itu Mas, sepatu tenis.
... Waktu saat penerimaan Dubes akan dimulai, aku mengintip dari kamar
untuk melihat Bapak memakai sepatu kepresidennya .... keluarlahPresiden R.I.
dengan gagah dan tegapnya mengenakan kopiah hitam yang khas, jas
pantalon kebesaran plus sederetan tanda-tanda jasa ... tidak ketinggalan stock
komando kepresidenan ... dan yang paling bawah ... sepatu tenis yang salah
satu ujungnya bolong di mana tersembul ibu jari Bapak yang dibalut perban!
Tuturan Guntur soal bapaknya, makin terasa intim dan di luar dugaan umum.
Sebab sosok Presiden Soekarno itu kharismatik sebagai proklamator dan
"founding father"-nya bangsa Indonesia, ternyata dalam kehidupan biasanya
sering terjadi hal-hal biasa, namun luar biasa bagi orang biasa. Sebagai
contoh, siapa menduga, kalau Bung Karno yang perlente, tahu etiket dan
terbiasa bergaul di kalangan atas, ternyata berperilaku macam orang
kebanyakan. Misalnya contoh di bawah ini.
SEMAK-SEMAK ISTANA MERDEKA - Waktu: 1964 - 1965. Tempat: Ruang
duduk di teras belakang Istana Merdeka dan ruang duduk beranda depan
kamar Bapak. Yang hadir: Bung Karno, beberapa tamu Dubes-dubes asing,
beberapa Menteri Kabinet ... dan aku.
... Aku sedang berada di Jakarta dalam rangka mudik dari Bandung tempat
kuliah (Guntur kuliah di Jurusan Mesin ITB - red) ... aku duduk di korsi panjang
dari rotan tempat Bapak selalu duduk baca koran ... duduk di situ, kita bisa
melihat taman yang membentang di belakang Istana Merdeka ... di ujung
tangga terdapat serumpun semak pohon ampelas-ampelasan ... tiba-tiba dari
ujung tangga kulihat Bapak turun dari beranda dan langsung masuk ke dalam
semak tadi. Kemudian tak lamanya Bapak keluar dari dalam semak dan naik
tangga pergi ke beranda lagi.
Eh, tak berapa lama lagi-lagi Bapak ke dalam semak, bahkan sekarang
kelihatan tergopoh-gopoh turunnya dari tangga ... selesai mandi aku segera
berpakaian dan buru-buru kembali duduk di beranda depan kamar Bapak,
karena ingin kulihat apakah Bapak masih saja mundar-mandi masuk semak p
[ohon ampelas lagi. Astaga! Ternayat masih demikian, begitu aku sampai di
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (6 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
beranda aku lihat Bapak baru saja keluar dari dalam semak dan naik tangga ...
aku jadi penasaran dibuatnya!
Pak ... akun mau tanya.
+ Ya ... soal apa?
Aku perhatikan Bapak kok mundar-mandir saja masuk semak ... rada aneh.
+ Ho ho ... kau mau tahu? Aku kencing di situ!
Kencinngg?
+ Yaaa. nguyuh! Ha ha ha (Bapak terbahak dan ngeloyor ke kamar)
Bapak memilih semak daripada WC Istana yang indah, yaitu karena jarak
antara beranda belakang tempat penerimaan tamu ke WC tamu yang tersedia
sangat jauh, kurang lebih 40 m ... jarak ke WC kamar mandi Bapak lebih jauh
lagi, kurang lebih 50 m. Jarak ke WC kamar mandi adik-adikku dari beranda
lebihjauh lagi, yaitu 70 m. Jadi logis kalau yang dipilih semak-semak dekat
tangga, karena jaraknya hanya 5 m saja! ... Ketika aku sudah kembali lagiu ke
Bandung, dari adikku Mega aku mendapat kabar bahwa sekarang bukan
hanya Bapak saja yang mempergunakan "W.C." istimewa tadi, tapi juga para
tamu-tamu dan para dubes-dubes asing!
Bung Karno diam-dam suka kencing sembarangan. Tapi jarang yang tahu,
kalau Soekarno penyayang binatang. Sebab di lingkungan istana, menurut
Guntur tak ada burung peliharaan dalam sangkar. Sedangkan ikan hias
memang ada dan hidup dalam akuarium. Menurut Guntur: ... ikan-ikan dalam
akuarium yang mendapatkan pelayanan dan servis luar biasa dari Bapak.
Barang kali maksud Bapak agar ikan-ikan itu "betah" tinggal di dalam rumah
barunya dan agar tak "kekurangan" suatu apa.
Suatu hari (tertulis "antara tahun 1958-1959), Kepala RT Istana Cipanas, Oom
Burger, seorang WN Swiss menghadiahkan Soekarno sepasang kambing.
Guntur menulis, kalautidak salah namanya "Si Manis" dan "Si Bandot". Makin
lama, kedua kambing ini makin kurang besar dan kurang ajar. Hingga
Soekarno harus memperkerjakan gembala kambing, supaya "embek-embek"
itu tidak melahap tanaman hias di halaman istana.
Si Bandot dan partner tambah-tambah saja merajalela merusak tanaman ...
proyek officer dan pengasuh kambing kehabisan akal buat menjinakkan si
Bandot dan si Manis, sehingga menghadaplah mereka-mereka itu tadi pada
Bapak ...
Kami boleh usul apa Bandot dan Manis boleh kami ikat saja, agar jangan
berkeliaran ke sana ke mari?
+ Ojo (jangan)!
Lha ... kados pundi Pak? Menapa mboten becik dipun sate kemawon Pak?
Sampun lemu-lemu (Apa tidak lebih baik disate saja Pak, sudah gemukhttp://
www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (7 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
gemuk).?
+ Gendeng kowe (Gila kamu).
Untuk beberapa saat, si Bandot dan Manis tidak lagi menimbulkan soal yang
serius, paling-paling hanya mebuat Musli pengasuhnya lari pontang-panting
mencegah mereka makan atau merusak tanaman ... Persoalan timbul lagi,
ketika si Bandot memasuki masa dewasanya ... setiap benda ia seruduk, mobil
parkir ditanduknya, pohon besar diterjang ... yang paling lucu bila kita ...
disangkanya si Manis (Saat itu Bandot memang sedang hot-hotnya fall in love
dengan Manis) ... mbeeek! Si Bandot melompat menyeruduk!
Si Bandot menghujam salah satu dari 10 pot antik yang berderet rapi di tangga,
hingga berantakan. Akibatnya si bandot berhenti mengejar dan berdiri
termanggu-manggu karena kepalanya puyeng ... akibat soal ini terpaksalah
proyek officer dan pengasuh para kambing menghadap Bapak.
Pak kulo bade laporan (Pak saya mau laporan). Pot antik yang di tangga
penjagaan depan, pecah diseruduk si Bandot.
Dengan wajah merah padam, Bapak melirik kepadaku dan berkata:
+ Tok, kau setuju kalau si Bandot kita sembelih saja buat sate?
Jenderal Perang
Masa kecil Guntur sebagai anak presiden, serta rumah tinggalnya di dalam
kompleks istana, sungguh memberikan dunia tersendiri. Gunbtur menuturkan,
dirinya sehari-hari bermain dengan anak-anak karyawan istana, tak peduli
anak itu putranya pengemudi, koki, ataupun pelayan istana. Begitu juga saat
Guntur memasuki usia remaja, teman bermainnya bertambah dan terutama
anggota DKP (Detasemen Kawal Pribadi).
Makanya tidak janggal kalau Guntur senang main perang-perangan, memakai
helm asli, juga beranggotakan tentara asli. Sekali waktu Guntur mengajak
"kakak-kakak" (panggilan khususnya terhadap anggota DKP) main perangperangan.
Saking asyiknya, Guntur hampior saja bikin setori panjang, seperti
tuturannya berikut ini.
Sekitar tahun 1957-58, Guntur meminta "kakak-kakak" DKP agar menyebutnya
jenderal, bukan Mas Tok (begitu pangilan Guntur). Lalu jenderal ini mengajak
prajuritnya main perang-perangan. Aturannya sederhana. Barang siapa yang
ketahuan atau kelihatan, akan "didor" lebuh dahulu dan harus keluar
gelanggang, karena tertembak "mati". Tetapi jarak "ngedor" dan "didor" itu, tak
boleh kurang dari 20 meter. Prajurit yang terlibat, sekitar 10 anggota DKP asal
kesatuan Brimob. Gunyur memimpin pasukan I, sedangkan pasukan II
dipimpin tentara asli.
Medan palagan ini di halaman luas, antara Istana Merdeka dan Istana Negara.
Tiap pasukan segera mempersiapkan dirinya, termasuk "Jenderal Bledek" Mas
Tok Guntur Sukarno yang sudah mempersenjatai dirinya dengan pistolpistolan,
serta logistik buah segar tulen. Guntur pun melengkapi pasukannya
dengan agen intelijen, Musli, gembala kambing istana. Perang pun dimulai,
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (8 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
dipimpin Guntur yang mengenakan topi baja tentara asli.
Sementara perang lagi memanas dan asyik, tiba-tiba komandan jaga istana
berlari ke arah Guntur.
+ Mas Tok! Perangnya disetop dulu Mas. Cease fire, cease fire!
Emangnya kenapa Kak?
+ Anu Mas ... perwira piket telepon kasih tahu katanya ... dari KMKB
(semacam Kodam sekarang) menanyakan di istana ada apa, kok waktu KMKB
patroli, mereka melihat pasukan pengawal mengambil posisi tempur di depan
Istana Merdeka! Makanya lebih baik perang-perangannya distop dulu! Nanti
Jakarta bisa gawat!
Busyeeet! Mati gua! Kaaaak, hayo perangnya bubaaar!
Waktu Bapak datang dari Bogor, aku dipanggilnya untuk ditanyai soal perangperangan
tadi.
+ Heh ... Tok, aku dapat laporan kau bikin geger petugas keamanan Jakarta
ya!? ... keadaan gawat begini ndak usah main perang-perang dulu; nanti kalau
keadaan sudah normal saja ... Kau jadi jenderal ya waktu perang-perangan?
Gitu deh
+ Ini Bapak punya buku bagus tentang jenderal. Bacalah! Dia adalah salah
satu jenderal favorit Bapak ... (Kulihat ternyata buku tadi tentang seorang
jenderal berdarah Indian dari U.S. Cavalery yang terkenal, yaitu William
"Tacum" Tacumseh Sherman).
Sebagai anak presiden, jamak sekali kalau Guntur "berhak" merasakan
fasilitas Bapaknya, tanpa berlebihan. Misalnya Guntur terus terang
mengisahkan betapa dirinya belajar "nyupir" mobil, menggunakan mobil negara
dengan guru pengemudi yang digaji negara.
Sekiranya aku minta izin pun, aku toh tidak akan diizinkannya, mengingat
umurku yangmasihmuda (12 tahun) ... tetapi akibat dorongan Pak Saro'i,
akhirnya aku berani-beranikan juga.
+ Mas, kalau Mas kepengen nyetir, hayolah pak Ro'i ajarin!
Nanti kalau ketahuan, Bapak marah!
+ Kite belajarnya kalu Bapak lagi ke Bogor, jangandienye ade di sini ... wah
bahaye!
Kaki saya belon sampe buat injak pedal ... saya masih kependekan buast
ngeliat ke depan.
+ Itu mah gampang, ganjel pake bantal ... beres!
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (9 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
Sejak itu, setiap Bung Karno ke Bogor atau ke Istana Cipanas, Guntur
bersekolah "nyetir" denganguru istimewanya, Pak Saro'i - pengemudi yang
melayani terus hingga Guntur lulus SLA. Lama kelamaan, Guntur makun jagoi
mengemudi mobil istana. Pak Ro'i pun meningkatkan pelajarannya. Misalnya
Guntur harus mengebut mobil Chrysler 1955, 6 silinder, B 5353 warna biru laut
dengan kecepatan 50 km per jam, namun tak boleh injak rem, meski di
tikungan sekalipun.
Hadiah Ciuman
Saat Guntur dewasa, menjelang kuliah di ITB. Pemuda ini mendapat mobil VW
sport Kharman Ghia. Lama kelamaan Bung Karno mendapat kabar, kalau
Guntur senang ngebut kendaraannya. Sekali waktu, sekitar tahun 1962, Bung
Karno menegur Menteri Chaerul Saleh, karean dianggap suka bersama Guntur
mengebut mobil keliling Jakarta.
+ Heeeh Rul Rul! Dia ini nyetir gila-gilaan lantaran kau! Begrijp je (mengerti
kau)! Dikira aku tidak tahu? ... kau dan Guntur suka balap-balapan di daerah
Kebayoran ... tukang-tukang becak di daerah Cikini semuanya lari ketakutan
diserempet, kalau melihat mobil Kharman Ghia merah kepunyaan kalian! Kau
ini memang terlalu Rul! Jij itu menteriku, jadi jangan ngros-boy!
Begitulah kira-kira sikap Bung Karno, kalau menegur anaknya. Bagi Guntur,
Soekarno sebagai bapaknya, memang figur lelaki yang disegani. Waktu Guntur
lulus SMA tahun 1962, dia memiliki permintaan "kado" yang tak masuk akal.
Dirinya tak berani mengucapkan langsung ke Bung Karno. Guntur lalu meminta
jasa Ibu Fat, agar mengutarakan maksudnya.
Bu, apa sudah bilang sama Bapak apa yang aku minta? Kapan Ibu ke istana?
(Ibuku saat itu sudah keluar dari istana dan timnggal di Jl. Sriwijaya
Kebayoran).
+ Luso lalu (lusa lalu, dialek Bengkulu).
Marah nggak?
+ Kalo nyo berang idaklah salah. Bujanglah yang salah, minta yang idak-idak.
Hapo ... hapo kau ini Jang! (Kalau dia marah tidak salah, Bujanglah yang
salah, minta yang tidak-tidak. Apa-apaan kau ini Jang!)
Guntur akhirnya memberanikan diri, menghadap bapaknya.
Pak!
+ Heh ... kau. Selamat ya kau lulus. Berapa angkanya? Bagus apa jelek? ...
Ibu sudah bicara sama Bapak perkara keinginanmu. Bapak ndak bisa kasih
izin buat itu. Bagaimanapun juga kau adalah anak Presiden R.I. Mintalah yang
lain ... Peraturan protokoler negara tak menhizinkan ... Bapak sudah bcara
dengan Sabur dan Mangil soal ini.
Guntur yang kesal, segera mencari Letkol Sabur - ajudan Bung Karno. Meraka
berdiskusi soal "hadiah" lulus SMA itu. Pembicaraan tak menemui titik akhir.
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (10 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
Guntur yang semakin kesal, segera pergike mobilnya, seraya berteriak:
"Pokoknya saya nggak mau dikawal lagiiii!"
Rupanya Guntur dan adik-adiknya, sebagai anak presiden yang sejak kecil
terus-terusan dikawal, sudah merasa bosan dan menganggap diawasi terlalu
ketat. Merasa dirinya sudah lulus SMA, Guntur meminta satu hadiah .... tidak
dikawal!
Meski kecewa, Guntur masih berusaha memohon hal ini ke Soekarno.
Akhirnya ia mendatangi lagi bapaknya.
Pak, soal pengawalan itu apa masih tetap tidak boleh dihilangkan?
+ Kan Bapak sudah bilang itu tidak bisa. Mintalah hadiah yang lain! heh, ke
mana kau mau teruskan sekolahmu?
Terserah yang mana yang keterima ... Akademi Angkatan Laut sama ITB
Bandung.
+ ... Semuanya bagus ... Eh kenalkan Bapak sama pacarmu, aku ingin tahu
cantik ndak ... mengapa, dia minta putus? Kalian masih cinta monyet ... Huah
huah huah, alasan ... kenapa kau tidak cium dia? Ho ho, kau terlalu! Kau
jangan bikin malu aku!
Ya ... Pak. Tapi gimana aku mau cium dia di depan pengawal!
+ Ya memamg saru ciumanditonton orang (saru = taksopan). Ya sudah begini
saja, Bapak kasih kau hadiah lulus ujian ... mulai bulan depan kau boleh
ngeluyur tanpa pengawal! Nanti Bapak kasih tahu Sabur dan Mangil
Terima kasih Pak ! (Sambilkabur ke luar kamar).
+ Hey ... bulan depan lapor soal cium tadi!
Ya ... Pak!
Inspeksi Tari Perut
Beberapa tuturan Guntur secara khusus, memuat kejadian di luar negeri.
Sebagai putra kebanggaan pemimpin bangsa, Guntur harus mematut dirinya
kalau ikut ke luar negeri. bahkan Guntur harus tahu basa-basi protokoler,
hingga tata cara resepsi dan bangkuet kenegaraan. Meski terlatih dan terbiasa,
tetap saja Guntur dan juga Megawati, paling tak tahan kalau harus menyantap
makanan Eropa berupa campuran telur ikan kaviar, lengkap berikut saus dan
bumbu keju.
Bung Karno selaku bapak, mengajarkan Guntur cara menghindari sajian
makanan kenegaraan. Tiap makanan yang sudah masuk mulut, lalu berpurapura
mengunyah dan segera keluarkan lagi dan disembunyikan di balik serbet.
Kalau tamu dan tuan rumah lengah, serbet berisi makanan itu segera dibuang
ke kolong meja.
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (11 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
Dari pengalamannya berkeliling dunia ikut rombongan kenegaraan, Guntur pun
memiliki pengalaman selama bergaul dengan pembesar Indonesia lainnya.
Termasuk bergaul dengan jenderal berjengot lebat, Gatot Subroto.
Waktu ikut rombongan K.T.T. Non-Blok di Beograd di Yugoslavia, Guntur
sempat duduk di sebelah Gatot Subroto, meski kata Guntur, Oom Gatot
senangnya tidur dalampesawat. Saat upacara penyambutan kenegaraan di
bandara, Guntur yang berdiri di samping Gatot Subroto, tak sabar dan
bertanya.
Oom upacaranya kok lama sekali? ... saya sudah pegal berdiri nih.
+ Podo (sama).
Mau buang air kecil nih.
+ Podo!
WC-nya di mana ya Oom?
+ Hayo cari WC umum di dekat sini. Ikut saja sama Oom!
Oom di mana WC-nya?
+ Lha ini apa (sambil menunjuk sebuah roda pesawat yang tingginya 1,5 m,
terdiri dari 2 buah ban itu).
Nanti dilihat orang oom!
+ Mana bisa! Punyaku ketutup ban yang satu! Punyamu ketutup yang
satunya ... beres to! Ayo nguyuh!
Sedangkan salah satu tuturan Guntur, berupa hasil obrolannya dengan Bung
Karno. Saat itu antara tahun 1967-1968 di Wisma Yaso, Bung Karno
mengisahkan pengalamannya, sambil berbaring di kursi panjang dan tak jauh
dari situ ada jururawat RSPAD yang bertugas menjaga kesehatan Soekarno.
Maka Bung Karno pun bertutur kepada putranya soal Presiden Mesir Gamal
Abdul Nasser..
+ Suatu waktu Bapak ke Republik Persatuan Arab, dari Airport Cairo Bapak
bersama rombongan langsung pergi ke penginapan ... waktu itu Bapak betulbetul
lelah ... pokoknya Bapak hari itu mau istirahat total supaya besoknya
dalam pertemuan dengan Pak Nasser Bapak benar-benar segar ... Eh tidak
tahunya datang Sabur ketok-ketok kamar Bapak ... langsung ia Bapak
semprot ... Aku kan sudah bilang aku mau istirahat!
Ada utusan Presiden Nasser ... Pak.
+ Dari manaaaa? Persetaaaan!
Utusan dari Pak Nasser.
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (12 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
+ Tidaak ... ferrrdullliii.
Ada utusan dari Presiden Nasser ... Pak.
+ Maneh gelo! Kunaon teu ngomong ti tadi (Kamu gila, kenapa tidak omong
dari tadi). Siapa utusannya? Di mana dia sekarang?
Inii Pak, aya di pengker abdii (ada di belakang saya). Marsekal Abdul Hakim
Amir ... Pak.
+ Wah Sdr. Amir maafkan keadaan saya ... maklumlah sudah mau tidur.
Marsekal Amir mengambil tempoat duduk dan mulai bicara. Namun
pembicaraannya terlalu santun, hanya mengatakan Nasser ingin mengajak
Bung Karno berinspeksi. Bung Karno memberikan alasan, dirinya masih terlalu
lelah. Lalu mengapa acara inspeksi ini mendadak, lagi pula dirinya perlu
istirahat.
Marsekal Amir agak kecewa, lalu meminta lesediaan Bung Karno agar
menemani Nasser inspeksi. Bung Karno pun menolak dengan halus.
Tetapi eh soalnya adalah ...
+ Soal apa lagi?
Soalnya Presiden kami mengundang sahabat beliau, yaitu Presiden Republik
Indonesia untukmenginspeksi para penari perut di seluruh pelosok kota Kairo.
Dan untuk itu kami diperintahkan untuk menyampaikannya pada paduka Yang
Mulia ...
+ Oooh ya? Ho ho ho ... Kenapa tak bilang dari tadi? Sampaikan pada
Saudaraku Nasser, bahwa Soekarno dari Indonesia akan siap dalam 10 menit!
Begitulah percakapan dan kisah bapak terhadap putranya. Bagi Guntur
Soekarno, segala pengalamannya bertemu, bergaul, dan berkomunikasi
dengan sang bapak-kawan-guru - Bung Karno. Dari buku kecil dan terbatas
cetakannya, Guntur sudah berbagi pengalamannya buat orang lain. Mas Tok
pun sudah berhasil menbgajak pembaca Indonesia untuk lebih mengebnal
sang bapak, meski Soekarno sudah lama meninggal dunia.
Dalam tuturan Guntur, Bung Karno benar-benar hadir sebagai bapak dan
manusia Indonesia. Meski begitu, Bung Karno tetaplah Soekarno yang senang
tertawa dan bergaul dengan putra-putrinya, meski harus "terpaksa" berbohong
sedikit, seperti tuturan Guntur dalam tulisan berjudul Bung Karno Tarzan
Indonesia, sebagai berikut:
Rupanya ayah dan anak ini senang menonton film, terutama film Amerika
Serikat. Sekali waktu (antara tahun 1957-1960), Guntur mengisahkan terjadi
dialog dengan bapaknya, soal Johnny Weismuller yang memerankan Tarzan,
ternyata juga juara renang olimpiade. Guntur mengajak bapaknya berenang.
Bung Karno tak menampik, namun mengelak apabila ditanya kapan dan di
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (13 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
Terawang: Bung Karno
mana mau berenangnya.
Bung Karno selalu memberikan alasan sibuk, atau tak suka lokasi kolam
renangnya. Akhirnya Bung Karno menjanjikan Guntur dan anak-anak lainnya,
akan berenang sama-sama di kolam alam Tampaksiring Bali. Guntur dan
Magawati sudah siap mengenakan pakaian renangnya. Bung Karno masih
santai-santai.
Celana berenang Bapak sudah ada? Abis Bapak mau pake apa?
+ Pakai celana kolor saja ...
Guntur dan Mega sudah berenang, Soekarno masih berkeliling kolam, melihat
situasi. lalu Bung Karno mulai membuka pakaian ... tinggal memakai celana
dalamnya.
Semua kegirangan dan berteriak-teriak. Setelah membsahi dirinya dengan air,
Bung Karno dengan gaya Tarzan berancang-ancang terjun dan berteriak keraskeras
gaya Tarzan. lalu Bung Karno terjunke kolam. Guntur dan Mega
kegirangan.
+ Haaeeep ... haeeepp ... tolong Bbbapak! Och ... och.
Pak ... kenapa Pak?
+ Ooocch! Bapak ... och .. se ... och ... sebetulnya ... och .. Bapak .. ndak ...
bisa ... berenaaaangng!
Boks: "Dia Seperti Napoleon," kata
Soekarno
http://www.indomedia.com/intisari/1998/oktober/bk.htm (14 of 14)4/18/2006 11:50:26 AM
SPONSOR
136